Metroaktual news com
SUMEDANG - Pasca penggenangan (Impounding) Waduk Sadawarna, berdampak akses jalan Kecamatan Surian-Kabupaten Subang terputus. Hal ini mengakibatkan aktifitas warga yang ingin ke Subang, pun sebaliknya terganggu. Sebab, akses Jalan penghubung itu sudah terendam air.
Yang lebih memprihatinkan adalah para siswa SMPN 1 Surian yang berasal dari tiga desa, yakni Desa Songgom, Tanjung dan Bantarwaru, tidak bisa melaksanakan aktifitas belajar secara normal. Mereka terpaksa harus belajar di rumah secara online. Demikian dikatakan kepala sekolah bersangkutan, Asep Sarja Suanda, S.Pd.,MM.Pd.
Menurut Asep, setidaknya ada 53 siswa dan tiga orang guru dari tiga desa tadi yang terisolir akibat meluapnya air Waduk Sadawarna. Dengan begitu pihak sekolah terpaksa mengambil kebijakan tak populer, dengan cara merumahkan para peserta didik.
"Namun, bukan berarti para siswa tersebut libur total. Mereka tetap belajar secara online. Meski hasilnya kurang optimal, yang penting tidak terlalu ketinggalan mata pelajaran," ungkap Asep, saat ditemui, Senin (6/12/2022).
Pada kesempatan yang sama, Asep tak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada pihak-pihak yang telah turut membantu akses tranfortasi untuk lalu lalang warga, termasuk para siswanya. Yakni, berupa perahu karet dan perahu yang terbuat dari kayu biasa.
"Namun khusus buat kami sebagai pihak sekolah, bantuan tersebut terasa percuma. Sebab, para orang tua siswa tidak mengizinkan anaknya memanfaatkan alat transfortasi dimaksud. Mereka khawatir terjadi apa-apa, lantaran belum terbiasa naik perahu semacam itu," tukas Asep, dengan nada sedikit kecewa.
Kendati demikian, Asep sadar bahwa Waduk Sadawarna itu merupakan program pemerintah, sehingga pihaknya tak mampu banyak menentang. Hanya saja dia agak kecewa, program tersebut dilaksanakan terlalu terburu-buru, tanpa mengindahkan dampak yang bakal terjadi.
"Seharusnya, pemerintah khususnya pihak Satker merampungkan pembangunan jalan lebih dulu sebelum menggenang Waduk Sadawarna. Kalau ini dilakukan, saya kira para siswa kami tidak akan mengalami nasib seperti ini (terpaksa belajar di rumah karena akses jalan terputus oleh genangan air yang meluap)," pungkasnya.
Satker Jadi Bulan-bulanan Warga
Akibat akses jalan Surian-Subang terputus, banyak warga masyarakat kecewa dan marah. Lantaran, aktifitas mereka benar-benar tertanggu, bahkan lumpuh.
Tak pelak, kekesalan mereka ditumpahkan pada pihak Satker pembangunan Waduk Sadawarna yang dianggap terlalu mementingkan program percepatan pemerintah. Sedangkan, keluhan masyarakat sama sekali tak diindahkan. Dengan kejadian itu, warga berencana akan melakukan demo.
Sementara, Kades Surian Karto ,mengatakan, pihaknya beberapa kali mengajukan usulan agar Waduk Sadawarna jangan dulu digenang sebelum akses jalan lingkar timur rampung dibangun. Tapi, hal tersebut tak pernah diindahkannya.
"Mereka selalu berdalih tidak akan terjadi apa-apa. Kalaupun itu terjadi, pihaknya akan bertanggungjawab. Tapi, kenyataannya hanya omong belaka," tandas Lili yang dibenarkan Camat Surian, Deni Nurdani Supandi, S.STP., M.Si.
Ditempat terpisah, Kepala Satker Pembangunan Waduk Sadawarna, Sandy, mengaku, pihaknya memohon maaf atas meluapnya air genangan sehinga memutuskan akses jalan. Kendati begitu, dia bersama jajaran telah berupaya mengurangi luapan air tersebut dengan cara menaikan keluarnya debit air dari 31m3/detik menjadi 40m3/detik. Namun, hal ini tetap saja tidak membuahkan hasil maksimal, lantaran debit air yang masuk ternyata jauh lebih besar.
"Jujur masuknya debit air ini tidak bisa kami prediksi. Salah satu cara mengurangi luapan tersebut adalah dengan membuka pintu utama. Hanya, jika itu dilakukan sangat beresiko jebol," ucapnya. ( Edy MS )