Sumedang, Buku penunjang ,atau lebih dikenal dengan sebutan LKS, untuk pembelajaran para siswa, sepertinya menjadi komoditas dan bulan bulanan, hal ini sudah bukan barang baru dan bukan hal yang tabu.
Para kepala sekolah baik SD, SMP maupun SMA, khususnya di kabupaten Sumedang, melakukan penjualan dengan cara kerjasama dengan komite, ada yang di titip di warung dan berbagai cara serta tehnik dengan cara masing masing.
hasil pantauan penulis dari mulai ujung barat sampai ujung timur, dari selatan sampai utara hampir setiap sekolah menjual LKS, tapi tidak semua sekolah menjual LKS.
kalau hal ini memang merugikan, baik pihak sekolah atau dinas terkait, berani tidak untuk menyetop penjualan LKS di sekolah??. Padahal penjualan tsb dibayar oleh orang tua siswa, bahkan bagi siswa yang tidak mampu digratiskan, juga pembayaranya tidak meng gunakan dana bos.
Ini yang terpenting para pengusaha buku, kebanyakan kurang peduli terhadap pihak sekolah jika terjadi permasalahan disekolah, bahkan yang lucu, ada pengusaha, bukan datang ke kepala sekolah, tapi melalui guru yang jadi perantara.
alangkah indahnya kalo semua pengusaha buku khususnya buku LKS, dapat saling berkoordinasi dan saling bahu membahu bila ada permasalahan di lapangan, kalo perlu satu pintu untuk menyelesaikanya.
(edy ms).