*Metroaktual News com
Sumedang, Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir menyebutkan bahwa peringatan Haul KH. Abdul Wahid Hasyim merupakan momentum untuk menggali dan menghidupkan kembali pemikiran serta keteladanan tokoh besar bangsa yang selama ini nyaris terlupakan.
Hal itu disampaikannya dalam acara Haul dan Halaqah KH. Abdul Wahid Hasyim dengan tema “Mata Rantai yang Hilang" yang digagas oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PWNU Jawa Barat di Gedung Negara, Sabtu (19/4/2025).
“Pemerintah Daerah sangat menyambut baik kegiatan yang digagas oleh Lakpesdam PWNU Jawa Barat ini. Karena dari kegiatan seperti inilah kita bisa merekam, mendokumentasikan, dan membukukan jejak pemikiran KH. Abdul Wahid Hasyim yang begitu besar peranannya dalam sejarah bangsa,” ungkap Bupati Dony.
Menurutnya, peringatan Haul tersebut bukan sekadar seremoni atau ajang nostalgia sejarah, namun merupakan upaya konkret untuk menghidupkan kembali buah-buah pikiran dan keteladanan dari tokoh penting pendiri bangsa.
“KH. A. Wahid Hasyim adalah sosok pemikir Islam yang mampu menjembatani nilai-nilai keislaman dengan sistem ketatanegaraan. Ia adalah anggota BPUPKI, Panitia Sembilan, hingga penyusun Undang-Undang Dasar 1945. Ini adalah kontribusi besar terhadap lahirnya NKRI,” paparnya.
Bupati Dony juga mengungkapkan bahwa KH. A. Wahid Hasyim bukan hanya tokoh politik kenegaraan, tetapi juga pembaharu pendidikan. Ia memodernisasi Pesantren Tebuireng dengan memasukkan pelajaran sejarah, matematika, dan bahasa asing.
“Semangat modernisasi, toleransi, dan keterbukaan itulah yang perlu kita warisi dan teruskan. Dengan Haul ini, kita tidak hanya mengenang, tapi harus melanjutkan perjuangannya dalam konteks kekinian,” tegasnya.
Ketua Panitia Aip S. Mubarok, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut tidak lahir di ruang hampa, melainkan bagian dari ikhtiar untuk menghadirkan kembali sosok KH. Abdul Wahid Hasyim dalam ruang kesadaran publik, bukan hanya sebagai catatan sejarah, tetapi sebagai keteladanan hidup yang relevan.
“Kita sepakat bahwa pemikiran dan keteladanan KH. Abdul Wahid Hasyim perlu kita ungkap dan hidupkan kembali. Ada ‘Kotak Pandora’ yang selama ini belum banyak dibuka. Di dalamnya tersimpan warisan pemikiran luar biasa yang sangat relevan dengan tantangan bangsa saat ini,” ujar Aip.
Aip mengatakan, Haul kali ini dilaksanakan tepat pada tanggal wafatnya KH. Abdul Wahid Hasyim, yakni 19 April 1953. Ia wafat dalam perjalanan menuju Bandung dan sempat melewati wilayah Sumedang. Hal ini menambah kedekatan emosional antara Sumedang dan sejarah beliau.
Acara Haul juga dirangkaikan dengan Halaqah yang menghadirkan sejumlah pembicara seperti sejarawan Ibnu Yahya, tokoh muda Erwin, serta Mursyid Thariqah UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof. Dr. Bambang yang menggali pemikiran dan peran KH. Abdul Wahid Hasyim secara mendalam.
Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua PWNU Jawa Barat KH. Juhadi Muhammad, Ketua Yayasan KH. Abdul Wahid Hasyim Gus Arif Rahman,
Ketua PCNU Kabupaten Sumedang KH. Idad Isti'dad, Rois Syuriah PCNU Sumedang KH. Muhammad Kholil, Ketua MUI Kabupaten Sumedang KH. R.M. Anwar Sanusi, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sumedang Hamzah Rukmana,
para pimpinan Ormas Islam, Ketua PC Muslimat NU Susi Gantini dan jajaran Badan Otonom NU lainnya, tokoh masyarakat, akademisi, serta para pecinta sejarah dan santri.
( Edy ms).